Senin, 18 Agustus 2008

POTENSI SERAT NANAS SABRANG SEBAGAI BAHAN SANDANG

Pendahuluan

Nanas sabrang (Agave cantula, roxb) merupakan salah satu jenis tanaman agave yang berasal dari Meksiko. Kini, tanaman tersebut telah dibudidayakan di seluruh dunia. Beberapa tanaman lain dari genus Agave seperti sisal (Agave sisalana) dan henequen (Agave fourcroydes) telah dikembangkan sebagai penghasil serat. Namun serat dari nanas sabrang ternyata belum termanfaatkan karena minimnya informasi dan penelitian yang mengungkap potensi dan mekanisme pengolahan menjadi bahan sandang.

Nanas sabrang banyak tumbuh liar di Indonesia. Pemanfaatannya pun cukup banyak seperti bahan baku kerajinan tas, dompet, kuas, tali, hingga sapu. Kerajinan dari serat ini sudah menjadi salah satu aset unggulan dari propinsi DIY dan kabupaten Kulon Progo (Dody Ariawan, 2008). Jika ditinjau dari karakteristik daun secara fisik, dimungkinkan dapat dimanfaatkan untuk keperluan bahan tekstil. Hal ini diperkuat dengan hasil percobaan awal bahwa daun nanas sabrang setelah mengalami proses pemisahan serat dengan penyisiran dapat menghasilkan serat yang kuat, tidak mudah putus, dan berkilau dengan warna kekuningan. Hasil tersebut merupakan angin segar bagi pemenuhan bahan baku serat industri tekstil di Indonesia yang selama ini masih import dari negara lain. Jika nantinya serat nanas sabrang dapat diolah, diproduksi, dan dikelola dengan baik, maka pasokan bahan baku import akan dapat ditekan seminimal mungkin. Harapan ke depan adalah tersedianya produk tekstil yang bermutu dengan harga yang terjangkau. Selanjutnya, perlu dikaji pemanfaatan serat nanas sabrang sebagai bahan baku tekstil sandang.

Sebagai bahan baku tekstil, serat memegang peranan yang sangat penting, karena sifat serat menentukan sifat bahan tekstil. Oleh karena itu, proses pengolahan bahan tekstil harus didasarkan pada sifat-sifat seratnya. Salah satu ciri serat adalah ukuran panjang relatif lebih besar daripada lebarnya. Menurut Soeprijono, dkk. (1974) karakteristik serat hanya ditentukan oleh bentuknya, yaitu rasio panjang dan diameter dan tidak ditentukan oleh zat pembentuknya.

Agave Cantula Roxb

Agave cantula roxb merupakan tumbuhan yang hidup tersebar luas di daerah-daerah yang beriklim kering. Tanaman ini tumbuh liar atau ditanam sebagai tanaman pagar. Kadang-kadang tanaman ini juga ditanam sebagai penghias taman. Di India, selain untuk pagar, nanas sabrang juga ditanam sebagai penutup tanah untuk mencegah erosi.

Dalam banyak hal, tumbuhan ini mirip sekali dengan kerabat semarganya, yaitu sisal. Seperti halnya sisal, daunnya berbentuk pedang tapi agak lebih lembut dibandingkan daun sisal. Duri-duri daunnya lebih keras dan lebih besar-besar. Daunnya berwarna hijau tua kebiru-biruan. Susunan perbungaan berbentuk malai, berdiri tegak, kurang lebih 6 m tingginya. Buah dan biji jarang terbentuk. Biasanya sesudah bunga mekar akan bermunculan ratusan kabumbu pada cabang-cabang malai. Kabumbu tersebut merupakan organ pembuahan. Klasifikasi ilmiah Agave cantula roxb ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi ilmiah Agave cantula roxb

Kingdom
Division
Class
Order
Family
Genus
Spec
ies

Plantae

Magnoliophyta

Liliopsida

Asparagales

Agavaceae

Agave

A. cantula roxb

(http://en.wikipedia.org )

Seratnya lebih halus, lebih kuat, dan lebih putih dibandingkan dengan serat sisal. Mutunya sedikit lebih rendah daripada serat manila henep. Di antara jenis-jenis Agave, serat nanas sabrang adalah yang terbaik.

Berbeda halnya dengan sisal, tumbuhan ini masih bisa tumbuh baik di tempat-tempat yang curah hujannya agak tinggi. Sayangnya, durinya yang tajam menyulitkan pekerja. Kepekaannya terhadap beberapa macam penyakit menyebabkan orang tidak begitu menyukainya.

Cara perbanyakan dan pembudidayaannya sama saja seperti halnya pada sisal. Demikian pula pemanfaatan seratnya. Serat-serat yang pendek (ampas) biasanya diolah lebih lanjut untuk dijadikan kertas pembungkus.

Kemungkinan besar jenis ini berasal dari Meksiko. Sekarang banyak ditanam atau tumbuh meliar di seluruh daerah tropik baik di Asia, Afrika, maupun Amerika.

Jika batang yang belum berbunga dipotong, cairan manis yang disebut agua miel akan keluar dan terkumpul di jantung tanaman. Fermentasi cairan ini akan menghasilkan pulque, untuk didistilasi membentuk mezcal. Daunnya mengandung serat, yang disebut pita, biasa digunakan untuk membuat tali, tikar, baju, dan bordir dengan teknik piteado. Pulque dan serat maguey merupakan komoditas ekonomi penting masyarakat Meksiko. Namun kini produksinya sangat terbatas. Komoditas baru berbahan dasar agave adalah sirup agave yang bisa digunakan sebagai alternatif pengganti gula alami.

Gambar 1. Agave cantula, roxb

(Dian Arifiyah, 2008)

Tanaman ini juga bisa dimanfaatkan sebagai pagar hijau dan tanaman hias. Keberadaan tanaman yang besar ini mendominasi tempat tumbuh. Tanaman ini juga dapat tumbuh di tempat tertutup namun tidak dapat mencapai ukuran sebesar di tempat terbuka.

Kualitas Serat

Kualitas serat ditentukan oleh sifat-sifatnya. Beberapa sifat atau karakteristik serat dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Rasio Panjang dan Diameter Serat

Secara umum, serat memiliki rasio panjang dan diameter lebih dari 200. Hal tersebut berkaitan dengan fleksibilitas serat agar dapat dipintal menjadi benang. Namun, untuk dapat digunakan sebagai bahan pakaian, minimal memiliki rasio panjang dan diameter sebesar 1000. Panjang serat merupakan salah satu faktor penting, karena kehalusan dan kekuatan berhubungan erat dengan panjang serat. Pada umumnya makin panjang serat, semakin halus dan kuat. Serat yang umum digunakan di industri tekstil mempunyai diameter antara 10 mm hingga 30 mm.

2. Penampang Lintang

Serat alam memiliki penampang lintang yang bervariasi, seperti penampang lintang serat kapas berbentuk seperti ginjal hingga pipih. Sedangkan serat sintetis dengan jenis yang sama memiliki bentuk penampang lintang yang hampir sama.

Serat dengan penampang lintang pipih mempunyai daya kilap tinggi, namun pegangannya kasar. Penampang lintang bulat memberikan pegangan yang halus. Makin luas permukaan serap, makin tinggi daya serapnya.

3. Tenacity

Tenacity merupakan sifat serat yang sangat penting agar tahan terhadap tarikan dan gesekan selama proses pemintalan dan pertenunan. Tenacity serat dinyatakan dalam gram per denier (g/D). Denier adalah berat dalam gram dari serat sepanjang 9000 m. Kekuatan serat dalam keadaan kering harus lebih besar dari 1,2 g/D, sedangkan dalam keadaan basah harus lebih besar dari 0,7 g/D. Tenacity serat dinyatakan sebagai berikut (Wibowo Moerdoko, dkk., 1973):

1)

4. Daya Serap

Serat dapat menyerap uap air hingga batas tertentu. Jumlah uap air yang terserap bervariasi sesuai dengan kondisi kelembaban relatif dan suhu udara.

Serat yang dapat menyerap uap air lebih banyak akan lebih enak dipakai. Selain itu, dapat mencegah timbulnya listrik statik dalam pengerjaan. Kadar uap air dalam serat dinyatakan dalam moisture regain (%) atau moisture content (%) yang didefinisikan sebagai berikut (P. Soeprijono, dkk., 1974):

2)

3)

dengan B adalah berat asal dan K adalah berat kering mutlak.

Serat yang sedikit menyerap uap air mempunyai sifat-sifat yang relatif sama baik dalam keadaan basah maupun kering. Serat ini memiliki stabilitas dimensi yang lebih baik.

5. Mulur dan Elastisitas

Elastisitas adalah kemampuan serat untuk kembali ke panjang semula setelah mengalami tarikan. Serat tekstil harus memiliki elastisitas yang baik dan mulur saat putus maksimal 10%. Kain yang dibuat dari serat ini memiliki stabilitas dimensi yang baik dan tahan kusut. Mulur suatu serat dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

4)

Sedang elastisitas ditentukan dengan rumus :

5)

dengan Lf adalah panjang akhir serat setelah ditarik (m), Li adalah panjang awal serat (m), dan Lm adalah panjang maksimum serat saat putus (m).

6. Kehalusan

Pada umumnya serat yang halus menghasilkan benang yang kuat, pegangan yang enak, dan daya isolasi panas yang baik. Hal ini karena serat halus memiliki luas permukaan yang lebih besar sehingga banyak menahan udara dalam kain dan memperbesar gesekan antar serat. Kelemahan serat halus adalah kurang tahan terhadap gesekan dan pilling.

Hasil dan Pembahasan

Penelitian diawali dengan menyisir daun nanas sabrang menggunakan dekortikator sehingga menghasilkan serat. Selanjutnya dicuci dan dikeringkan.

Serat yang telah kering diukur dimensinya (panjang dan diameter) dengan menggunakan micrometer, kemudian diuji kekuatan serat dengan menggunakan pendulum tester. Pengujian kekuatan serat memakai pendulum tester kecil dengan kapasitas maksimum 500 gram. Proses pengujian kekuatan dilakukan sekaligus dengan pengujian mulur menggunakan cara berkas pita.

Hasil penelitian diuraikan sebagai berikut:

1. Rasio panjang dan diameter serat

Hasil pengujian panjang serat nanas sabrang menunjukkan nilai 500 mm dan diameter 0.096 mm. Sehingga rasio panjang dan diameter serat nanas sabrang sebesar 5218. Artinya, serat ini memenuhi syarat untuk dapat digunakan sebagai bahan sandang, karena rasio panjang dan diameter serat > 1000 (Wibowo Moerdoko, 1973)

2. Tenacity serat

Hasil pengujian tenacity serat nanas sabrang menunjukkan nilai 2.867 g/D. Nilai tersebut lebih besar daripada syarat minimal tenacity serat untuk dapat dipintal yaitu sebesar 1.2 g/D.

3. Daya serap

Serat nanas sabrang memiliki MR sebesar 13.13% (Dody Ariawan, 2008), lebih tinggi dibanding serat kapas (MR 8.5%) dan sutera (MR 11%). Artinya, serat nanas sabrang nyaman dipakai karena mudah menyerap keringat.

4. Mulur

Pengujian menunjukkan serat nanas sabrang mempunyai mulur saat putus sebesar 1.387 % dari 10 sampel yang diuji. Nilai tersebut lebih rendah dari ketentuan mulur saat putus maksimum serat untuk dapat dipintal sebesar 10 %. Artinya serat nanas sabrang memenuhi ketentuan tersebut karena mempunyai mulur yang lebih baik.

5. Kehalusan

Pengujian menunjukkan serat nanas sabrang mempunyai kehalusan sebesar 37 microns. Nilai kehalusan di atas menunjukkan bahwa serat nanas sabrang tergolong ke dalam serat yang kasar (Wibowo Moerdoko, 1973). Artinya, serat nanas sabrang kurang nyaman untuk digunakan sebagai bahan sandang. Perlu penelitian lebih lanjut agar diperoleh serat yang lebih halus sehingga layak digunakan sebagai bahan sandang.

Hasil di atas menunjukkan bahwa dari lima parameter yang diuji hanya terdapat satu parameter yang belum memenuhi ketentuan serat untuk bahan sandang yaitu kehalusan. Sedangkan parameter kualitas serat lainnya yaitu rasio panjang-diameter, tenacity, daya serap, dan mulur memberikan hasil yang memuaskan.

Penutup

Serat nanas sabrang dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis keperluan. Selain untuk bahan baku kerajinan tas, tali, dan sapu, serat nanas sabrang juga berpotensi digunakan di industri tekstil karena memiliki beberapa karakteristik yang sesuai dengan ketentuan serat untuk bahan baku sandang. Serat yang dihasilkan memiliki rasio panjang-diameter > 1000 dan tenacity > 1.2 g/D. Selain itu, daya serap serat nanas sabrang > serat sutra, sedangkan mulur saat putus <>pre-treatment untuk meningkatkan kualitas kehalusan sehingga layak dijadikan bahan baku sandang.

3 komentar:

Unknown mengatakan...

terimakasih :) artikel yang bagus. bolehkah saya mengutip beberapa kalimat dari artikel ini? jika diperbolehkan rujukan apa yang harus saya cantumkan (skripsi atau jurnal mungkin) terimakasih

Angga mengatakan...

assalamualaikum
artikelnya menarik sekali buk. kebetulan saya mahasiswa tekstil UII sedang melakukan penelitian tentang serat nanas sebagai bahan baku tekstil. mohon bantuannya apabila ada informasi tentang pemanfaatan serat daun nanas sabrang di daerah kulon progo. mungkin saya kapan2 bisa main kesana. trimakasih
wassalam

Anonim mengatakan...

Sands Casino | Slot Machines | SEGAbits
Play the best slots games and find new places to play! Find your 샌즈카지노 lucky spin at 10cric Sands Casino - our online casino where 1xbet korean you can play all your favourite slots!